Selasa, 22 Desember 2009

Inkuiri Sosial dalam Pembelajaran IPS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses pembelajaran IPS di sekolah selama ini lebih ditekankan kepada penguasaan materi sebanyak mungkin sehingga proses belajar bersifat kaku dan terpusat pada satu arah, tidak memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar lebih aktif dengan melakukan eksplorasi terhadap materi yang diajarkan. Kegiatan belajar lebih ditandai dengan budaya hafalan daripada berpikir, akibatnya siswa menganggap materi pelajaran IPS hanya untuk dihafalkan. Kenyataan ini menyebabkan siswa tidak mampu menerapkan konsep dasar dari materi IPS dalam kondisi kehidupan mereka. Pembelajaran IPS di sekolah dipengaruhi oleh kebutuhan untuk memperoleh hasil evaluasi akhir yang memuaskan. Hal ini bukan saja berdampak pada perilaku siswa yang semata-mata mempelajari IPS dengan menghafal saja, tetapi juga pada metode pengajaran guru, kebijakan pimpinan sekolah, dan harapan orang tua terhadap hasil akhir yang dinilai secara kuantitatif saja. Dalam kondisi seperti ini strategi pembelajaran yang digunakan yaitu expository, biasanya hanya berupa ceramah yang berjalan satu arah (pendekatan teacher center) dan menekankan pada penguasaan materi sebanyak-banyaknya.
Pembelajaran IPS pada dasarnya berfungsi mengembangkan pengetahuan, nilai dan sikap serta keterampilan sosial siswa untuk dapat menelaah kehidupan sosial yang dihadapi sehari-hari serta menumbuhkan rasa bangga dan cinta terhadap perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini. Sedangkan tujuannya adalah agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan nilai dan sikap serta keterampilan sosial yang berguna bagi dirinya, mengembangkan pemahaman tentang pertumbuhan masyarakat Indonesia masa lampau hingga kini sehingga siswa bangga sebagai bangsa Indonesia (Isjoni, 2007:8). Pendidikan IPS disekolah diberikan atas dasar pemikiran bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia lainnya, bersama individu atau manusia lainnya mereka mengembangkan hidupnya sebagai kekuatan sosial.
Bertolak dari fungsi dan tujuan pengajaran IPS tersebut, maka peran IPS adalah menggariskan komitmen untuk melakukan proses pembangunan karakter bangsa. Konsekuensinya dalam melaksanakan proses pembelajaran harus membantu siswa mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk menghadapi lingkungan hidupnya, baik fisik maupun sosial budaya di mana mereka hidup. Untuk mencapai hal tersebut, maka diperlukan kombinasi antar komponen pembelajaran baik itu guru, siswa, model pembelajaran, sarana, dan lain sebagainya. Kemampuan guru dalam mengembangkan materi pelajaran IPS dan menentukan strategi pembelajaran serta sistem evaluasinya merupakan hal yang sangat penting agar materi pelajaran IPS dapat menarik, tidak membosankan, menyenangkan, dan mudah diterima oleh siswa. Untuk itu, guru IPS khususnya di SMP harus dapat mendesain kondisi (strategi) pembelajaran yang demokratif-kreatif, di mana siswa terlibat langsung sebagai subjek maupun objek pembelajaran atau dalam artian strategi pembelajaran yang digunakan guru haruslah memiliki kadar keterlibatan siswa setinggi mungkin sehingga hasil belajar dapat dicapai secara optimal.
Inkuiri sosial merupakan salah satu strategi pembelajaran yang cocok dengan pembelajaran IPS, dimana strategi tersebut membantu siswa untuk berfikir kritis dan kreatif sesuai dengan tujuan pembelajaran IPS. Ditinjau dari segi ilmu pengetahuan khususnya mengenai prinsip-prinsip penelitian ilmiah, strategi inkuiri sosial sangat cocok untuk penelaahan gejala-gejala sosial. Inkuiri adalah proses pemecahan masalah melalui langkah-langkah yang sistematis dan logis, sedangkan inkuiri sosial adalah strategi belajar yang menekankan kepada pengalaman siswa untuk memecahkan masalah sosial melalui langkah-langkah dan prosedur pemecahan masalah (Isjoni, 2007:101).

B. Rumusan masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan strategi pembelajaran ?
2. Bagaimana karakteristik strategi pembelajaran inkuiri sosial ?
3. Apakah yang dimaksud dengan IPS ?
4. Bagaimana implementasi strategi pembelajaran inkuiri sosial dalam pembelajaran IPS ?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan yang hendak dicapai dengan penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui pengertian dari strategi pembelajaran
2. Mengetahui karakteristik dari strategi pembelajaran inkuiri sosial
3. Mengetahui pengertian dan ruang lingkup IPS
4. Mengetahui implementasi strategi pembelajaran inkuiri sosial dalam pembelajaran IPS

BAB II
PEMBAHASAN

A. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran merupakan salah satu komponen penting yang harus dikuasai oleh guru dan siswa dalam melaksanakan pembelajaran. Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai rencana dan cara-cara membawakan pengajaran agar segala prinsip dasar dapat terlaksana dan segala tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif (Gulo, 2008:3). Cara-cara membawakan pengajaran itu merupakan pola dan urutan umum perbuatan guru dan murid dalam perwujudan kegiatan pembelajaran.
Menurut Wena (2009:2) strategi pembelajaran berarti cara dan seni untuk menggunakan semua sumber belajar dalam upaya membelajarkan siswa. Sebagai suatu cara, strategi pembelajaran dikembangkan dengan kaidah-kaidah tertentu sehingga membentuk suatu bidang pengetahuan tersendiri. Sedangkan sebagai suatu seni, strategi pembelajaran kadang-kadang secara implisit dimiliki oleh seseorang tanpa pernah belajar secara formal tentang ilmu strategi pembelajaran.
Strategi pembelajaran digunakan untuk mempermudah proses pembelajaran sehingga dapat mencapai hasil yang optimal. Dalam Strategi Pembelajaran (2006:124), Sanjaya mengartikan strategi pembelajaran sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dari pengertian tersebut, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran, selain itu strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu, sebelum menentukan strategi, perlu merumuskan tujuan yang jelas dan dapat diukur keberhasilannya.
Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan atau penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu exposition-discovery learning atau strategi penyampaian penemuan dan group-individual learning atau strategi pembelajaran individual (Rowntree dalam Wina Sanjaya, 2006:126).

B. Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial
Pada awalnya strategi pembelajaran inkuiri banyak diterapkan dalam ilmu-ilmu alam. Namun, para ahli pendidikan ilmu sosial yaitu Massialas dan Cox (Wena, 2009:81) mengadopsi dan mengembangkan strategi inkuiri yang dinamakan inkuiri sosial. Strategi pembelajaran inkuiri sosial pada dasarnya tidak berbeda dengan strategi pembelajaran inkuiri, perbedaannya hanya terletak pada masalah yang dikaji yaitu masalah-masalah sosial atau masalah kehidupan masyarakat. Strategi pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang bersumber pada interaksi sosial yang bertujuan memecahkan masalah sosial melalui penyelidikan akademik dan pemecahan masalah secara logis (Joice & Weil, 2000). Pemilihan strategi pembelajaran inkuiri sosial untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran sosial disebabkan oleh :
a) Strategi ini khusus dirancang untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan siswa dalam memecahkan masalah-masalah sosial
b) Beberapa hasil penelitian (dalam joice&Weil, 1992) menunjukkan bahwa strategi ini terbukti efektif meningkatkan kemampuan dan keterampilan siswa dalam memecahkan masalah-masalah sosial
c) Strategi ini merupakan sinkronisasi antara teori mengajar dan teori belajar yang memiliki prosedur yang sistematis dan mudah diterapkan oleh pengajar (Wena, 2009:81).

Strategi pembelajaran inkuiri sosial didasarkan pada asumsi pentingnya pembelajaran IPS pada masyarakat yang semakin cepat berubah, seperti yang dikemukakan Robert A.Wilkins (dalam Sanjaya, 2006:203) bahwa dalam kehidupan masyarakat yang terus menerus mengalami perubahan, pembelajaran IPS harus menekankan kepada pengembangan berfikir. Terjadinya ledakan pengetahuan, menurutnya menuntut perubahan pembelajaran dari yang hanya sekedar mengingat fakta menjadi pengembangan kemampuan berpikir kritis.

a) Pengertian strategi pembelajaran inkuiri sosial
Inkuiri dalam bahasa Inggris inquiry, berarti pertanyaan atau pemeriksaan, penyelidikan. Gulo (2008:84) menyatakan startegi inkuiri merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Menurut Joyce and weil (2000) Inkuiri adalah proses pemecahan masalah melalui langkah-langkah yang sistematis dan logis, yaitu perumusan masalah, perumusan hipotesa, pengumpulan data, pengujian hipotesis dan penarikan kesimpulan. Sedangkan Inkuiri sosial adalah model pembelajaran yang menekankan kepada pengalaman siswa untuk memecahkan masalah sosial melalui langkah-langkah dan prosedur pemecahan masalah.
Menurut Bruce Joyce (2000), inkuiri sosial merupakan strategi pembelajaran dari kelompok sosial subkelompok konsep masyarakat. Subkelompok ini didasarkan pada asumsi bahwa metode pendidikan bertujuan untuk mengembangkan anggota masyarakat ideal yang dapat hidup dan dapat mempertinggi kualitas kehidupan masyarakat. Oleh karena itu siswa harus diberi pengalaman yang memadai bagaimana caranya memecahkan persoalan-persoalan yang muncul di masyarakat. Melalui pengalaman itulah setiap individu akan dapat membangun pengetahuan yang berguna bagi diri dan masyarakatnya.
Beyer (1971:6) menyatakan inkuiri dalam pembelajaran IPS merupakan mencari pemahaman tentang suatu masalah dimana dalam kegiatan tersebut memerlukan suatu peranan khusus dari kemampuan intelektual untuk memahami dan membuat kesimpulan dari penyelidikan. Ada tiga karakteristik pengembangan model inkuiri sosial dalam pembelajaran (Massialas dalam Isjoni,2007) yaitu :
a) Adanya aspek (masalah) sosial dalam kelas yang dianggap penting dan dapat mendorong terciptanya diskusi kelas
b) Adanya rumusan hipotesis sebagai fokus untuk inkuiri
c) Penggunaan fakta sebagai pengujian hipotesis

Dari pendapat-pendapat ahli mengenai pengertian strategi pembelajaran inkuiri sosial dapat ditarik kesimpulan bahwa inkuiri sosial pada hakekatnya merupakan strategi pembelajaran yang berpusat kepada pengalaman siswa yang menekankan kepada proses pemecahan masalah sosial melalui pengujian hipotesis yang didasarkan kepada fakta. Hal ini berarti dengan inkuiri sosial siswa di tuntut untuk mencari dan menemukan jawaban atau kesimpulan dari pertanyaan yang dipermasalahkan.
Hakikat tersebut sesuai dengan pendapat Clark (dalam Isjoni, 2007) yang lebih memandang inkuiri sosial sebagai suatu metode mengajar “Teaching by inquiry method is teaching in which pupils find answer and draw conclusions for themselves”. Atas dasar hakikat di atas, maka tujuan penggunaan inkuiri sosial adalah untuk mengembangkan kemampuan intelektual melalui proses berpikir. Sedangkan menurut Alma (2008:110) strategi pembelajaran inkuiri sosial berfungsi mengembangkan kemampuan siswa untuk memikirkan secara sungguh-sungguh dan terarah dan merefleksikan hakikat sosial kehidupan khususnya kehidupan siswa sendiri dan arah kehidupan masyarakat dalam upaya memecahkan masalah sosial.

b) Prinsip-prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial
Strategi pembelajaran inkuiri sosial merupakan strategi yang menekankan kepada pengembangan anak. Perkembangan mental (intelektual) menurut Piaget (dalam Sanjaya, 2006: 196) dipengaruhi oleh:
a. Maturation (kematangan) adalah proses perubahan fisiologis dan anatomis, yaitu proses pertumbuhan fisik, yang meliputi pertumbuhan tubuh, pertumbuhan otak, dan pertumbuhan sistem saraf.
b. physical experience (tindakan pisik) adalah tindakan-tindakan fisik yang dilakukan individu terhadap benda-benda yang ada di lingkungan sekitarnya.
c. social experience (tindakan sosial) adalah aktivitas dalam berhubungan dengan orang lain. Ada dua aspek pengalaman sosial yang dapat membantu perkembangan intelektual. Pertama, pengalaman sosial akan dapat mengembangkan kemampuan berbahasa. Dan kedua, melalui pengalaman sosial anak akan mengurangi egosentriknya.
d. equilibration (proses penyesuaian) adalah proses penyesuaian antara pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru yang ditemukannya.

Sehingga dalam penggunaan strategi pembelajaran inkuiri sosial terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru yaitu :
a) Berorientasi pada pengembangan intelektual
Tujuan utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian, strategi pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses pembelajaran. Karena itu, kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunakan strategi inkuiri bukan ditentukan oleh sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu. Kata ”sesuatu” berarti gagasan yang dapat ditemukan.
b) Prinsip interaksi
Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. Guru perlu mengarahkan agar siswa bisa mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka.
c) Prinsip bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan strategi pembelajaran inkuiri adalah guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir. Oleh sebab itu, kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan. Peranan bertanya dalam kegiatan pembelajaran (Gulo, 2008:102) ialah
 Melengkapi kemampuan berceramah
 Mengubah kemampuan berceramah
 Meningkatkan kadar Cara Belajar Siswa Aktif
 Sikap inkuiri bertitik tolak pada bertanya
 Mengubah persepsi yang keliru terhadap bertanya
Sedangkan kegiatan bertanya berfungsi untuk :
 Mengembangkan minat dan keingintahuan
 Memusatkan perhatian pada pokok masalah
 Mendiagnosis kesulitan belajar
 Meningkatkan kadar Cara Belajar Siswa Aktif
 Kemampuan memahami informasi
 Kemampuan mengemukakan pendapat
 Mengukur hasil belajar
Bertanya sebagai alat untuk mengembangkan pengetahuan dapat dibagi menjadi dua kelompok (Gulo, 2008:103) yaitu
 Bertanya dasar, bertanya untuk mengembangkan kemampuan berpikir dasar. Dimana dengan prinsip jelas-singkat, acuan, pemusatan, giliran (horizontal), penyebaran, waktu berpikir dan tuntunan
 Bertanya lanjutan, bertanya untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif-inovatif.
Sedangkan menurut Banks (1990:123) ada beberapa jenis pertanyaan tingkat tinggi yaitu :
 Pertanyaan pengetahuan
 Pertanyaan menyeluruh
 Pertanyaan penerapan
 Pertanyaan analisis
 Pertanyaan sintesis
 Pertanyaan evaluasi dan
 Pertanyaan kreatif dan divergen
d) Prinsip belajar untuk berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal. Belajar yang hanya cenderung memanfaatkan otak kiri, misalnya dengan memaksa anak untuk berpikir logis dan rasional, akan membuat anak dalam posisi ”kering dan hampa”. Oleh karena itu, belajar berpikir logis dan rasional perlu didukung oleh pergerakan otak kanan, misalnya dengan memasukkan unsur-unsur yang dapat mempengaruhi emosi. Menurut Gulo (2008:87) untuk mengenal berbagai cara berpikir siswa, terutama dalam mereka berinkuiri, perlu kita kenal beberapa cara berpikir pada umumnya yaitu :
 Berpikir urutan
 Berpikir bertentangan
 Berpikir asosiasi
 Berpikir kausalitas
 Berpikir konsentris
 Berpikir konvergen
 Berpikir divergen
 Berpikir silogisme
e) Prinsip keterbukaan
Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan. Segala sesuatu mungkin saja terjadi oleh sebab itu, anak perlu diberi kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.
c) Komponen Inkuiri Sosial
Inkuiri sosial memiliki beberapa komponen yaitu sebagai berikut (Beyer, 1971: 14) :
a. Pengetahuan, merupakan sesuatu yang harus kita ketahui sehubungan dengan pencapaian penyelidikan yang berhasil. Mengetahui pengetahuan asli dapat digunakan sebagai alat dasar dalam melakukan penyelidikan atau kegiatan inkuiri. Pengetahuan asli tersebut meliputi perubahan, interpretasi dan tentatif, sedangkan alat dari penyelidikan yaitu pencarian data, menganalisis konsep dan proses penyelidikan yang rasional.
b. Sikap dan nilai, selain adanya pengetahuan, sikan dan nilai merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dari penyelidikan. Ada beberapa sikap dan nilai yang memiliki peranan penting dalam kegiatan inkuiri ialah skeptis, rasa keingintahuan, perhatian untuk menggunakan alasan, perhatian untuk menguji bukti secara akurat, objektif, kesediaan untuk membatalkan penilaian, dan toleransi terhadap ambiguitas.
c. Proses, inkuiri tidak hanya memerlukan pengetahuan tentang mengetahui, posisi sikap dan nilai dari tahap pembelajaran, tetapi juga berkerja dengan data atau pengalaman dalam keadaan khusus. Proses inkuiri berasal dari sikap, nilai dan pengetahuan yang telah dijelaskan tadi. Dimana proses inkuiri tersebut terdiri dari tahapan menentukan masalah dan tujuan dari kegiatan penyelidikan, membuat hipotesis mengenai jawaban dan solusi masalah, menguji hipotesis, membuat kesimpulan dan menggunakan kesimpulan pada data yang baru.

d) Tahapan Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial
Langkah-langkah penggunaan metode inkuiri sosial (http://pustaka.ut.ac.id) meliputi Tahap orientasi, Tahap penyusunan hipotesis, Tahap definisi, Tahap eksplorasi, Tahap pembuktian hipotesis dan Tahap generalisasi. Sedangkan menurut Woolever & scott (1987:287) ada enam langkah strategi pembelajaran inkuiri sosial yaitu penyajian masalah, membatasi bagian masalah, hipotesis jawaban dan jalan keluarnya, mencari data yang relevan, menganalisis, mengevaluasi dan mensintesis data, menguji hipotesis, membuat kesimpulan, dan memulai inkuiri kembali dengan pertanyaan dan masalah yang baru.
Langkah-langkah strategi pembelajaran inkuiri menurut Wena (2009:82) yaitu :
1. Orientasi
Tahap orientasi merupakan tahap awal dari strategi inkuiri ilmu sosial. Dalam tahap ini guru harus mampu membangun atau mengembangkan rasa peka terhadap masalah-masalah sosial atas objek yang dibahas. Kriteria penting dalam tahap ini adalah semua aspek tersebut harus berpusat dari suatu masalah yang menjadi subjek pembelajaran
2. Pengembangan hipotesis
Pada tahap ini, hipotesis dibangun dengan sejelas mungkin, sebagai konsekuensi dari masalah yang sedang dikaji. Hipotesis yang diajukan dapat dijadikan penuntun pada proses inkuiri selanjutnya, dimana siswa berusaha untuk memverifikasi komponen-komponen masalah yang sedang dipecahkan.
3. Definisi
Dalam tahap ini hipotesis yang diajukan diklarifikasi dan didefinisikan, sehingga semua kelompok siswa dapat memahami dan mengkomunikasikan permasalahn yang dibahas. Untuk tahap pendefinisian sutau konsep/teori yang menggunakan bahasa yang jelas dan mudah dipahami oleh siswa (Joice&Weil, 1992)
4. Eksplorasi
Dalam tahap ini hipotesis yang diajukan diperluas atau dianalisis, implikasinya, asumsi-asumsinya dan deduksi yang mungkin dilakukan dari hipotesis tersebut. Dalam hal ini dilakukan kajian terhadap kualitas dan kekurangan hipotesis.
5. Pengumpulan bukti dan fakta
Pada tahap ini fakta dan bukti yang dibutuhkan untuk mendukung hipotesis dikumpulkan sesuai dengan karakteristik hipotesis yang diajukan. Dalam tahap ini siswa dibimbing cara-cara mengumpulkan bukti, fakta, data yang berhubungan dengan hipotesis yang diajukan (Joice&Weil, 1992)
6. generalisasi
Tahap terakhir dari strategi ini adalah pengungkapan penyelesaian masalah yang dipecahkan. Dari data-data yang telah dikumpulkan dan dianalisis, siswa didorong untuk mencoba mengembangkan beberapa kesimpulan dan dari berbagai kesimpulan yang telah dibuat, siswa diajar bagaimana pemilihan pemecahan masalah yang paling tepat.
e) Keunggulan Dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial
Inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang banyak dianjurkan oleh karena strategi ini memiliki beberapa keunggulan walaupun dilain sisi ada beberapa kelemahannya (Sanjaya, 2006), keunggulannya yaitu :
1. Merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui model ini dianggap lebih bermakna
2. Dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka
3. Merupakan model yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman
4. Keuntungan lainnya yaitu dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata artinya siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
Sedangkan kelemahannya meliputi :
1. Sulitnya mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa pada saat menggunakan model pembelajaran ini
2. Sulitnya dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar
3. Memerlukan waktu yang panjang dalam penerapannya sehingga guru sering sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan
Senada dengan Sanjaya, Beyer (1971:160) mengemukakan pendapatnya mengenai kelemahan strategi pembelajaran inkuiri yaitu :
a) Pengaturan waktu
b) Teknik mengajar guru
c) Aturan dari strategi
d) Bahan pelajaran
e) Keikutsertaan siswa
f) Pentingnya variasi dalam pembelajaran
C. IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ialah suatu program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan yang pada pokoknya mempersoalkan manusia dalam lingkungan fisik maupun dalam lingkungan sosialnya. Bahan ajarnya diambil dari berbagai ilmu sosial seperti geografi, sejarah, ekonomi, sosiologi, antropologi, dan tata Negara (Nasution dalam Isjoni, 2007:21). Menurut Somantri (2001:74), pendidikan IPS adalah suatu penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial, ideologi Negara dan disiplin ilmu lainnya serta masalah-masalah sosial terkait, yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan pada tingkat pendidikan dasar dan menengah.
NCSS (dalam www.ncss.com) juga menjelaskan istilah sosial studies (pendidikan IPS) sebagai berikut
”…the integrated study of sosial sciences and humanities to promote civic competence. Within the school program, sosial studies provides coordinated, sistematic study drawing upon such disciplines as anthropology, archeology, economics, geography, history, law, philosophy, political science, psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content from the humanities, mathematic, and natural sciences."

Ini berarti IPS mencakup kajian terpadu ilmu-ilmu sosial (seperti : antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu politik, psikologi, agama dan sosiologi) serta diperluas dengan materi humaniora, matematika, dan ilmu-ilmu alam yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologi untuk tujuan pendidikan. Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa ilmu-ilmu sosial merupakan satu sumber keilmuan bagi pendidikan. Kerangka pendidikan IPS tidak ditekankan pada bidang teoritis, melainkan lebih pada bidang praktis dalam mengkaji dan mempelajari gejala dan masalah sosial yang berkembang di masyarakat. Pendidikan IPS lebih merupakan pengetahuan praktis yang dapat diajarkan mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai dengan perguruan tinggi dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner dengan menggunakan berbagai keilmuan.

Peranan pendidikan IPS bagi anak dalam mengembangkan berbagai aspek kehidupan masyarakat meliputi :
1. Sosialisasi, membantu anak didik menjadi anggota masyarakat yang berguna dan efektif,
2. Pengambilan keputusan, membantu anak didik mengembangkan keterampilan berpikir (intelektual skill) dan keterampilan akademis,
3. Sikap dan nilai, membantu anak didik menandai, mengembangkan keterampilan, dan menilai diri sendiri dalam hubungannya dengan kehidupan masyarakat sekitarnya,
4. Kewarganegaraan, membantu anak didik menjadi warga Negara yang baik,
5. Pengetahuan, tanggap dan peka terhadap perkembangan pengetahuan dan teknologi, serta dapat mengambil manfaatnya. (Isjoni,2007)
Pendidikan IPS memiliki kaitan yang erat dalam pendidikan kesadaran hukum warga Negara. Dalam hal ini seseorang bisa mengambil masalah-masalah yang berasal dari konsep ilmu sosial, yang kemudian konsep tersebut bisa didekati dari aspek hukum sesuai dengan tujuan pendidikan IPS. Tujuan pendidikan IPS meliputi :
1. Pengetahuan, siswa harus menguasai pengetahuan untuk mampu merefleksi dan mengambil keputusan dan berperan aktif dalam kehidupan masyarakat. Pengetahuan di dalam kurikulum pendidikan IPS diambil dari disiplin ilmu-ilmu sosial, sejarah dan humaniti serta sumber lain jika diperlukan dalam pengambilan keputusan dan menentukan tindakan.
2. Keterampilan, keterampilan sangat penting dalam pendidikan IPS. Keterampilan tersebut meliputi :
a. Thinking skill, penguasaan terhadap keterampilan ini memberikan kemudahan dalam memahami konsep pemaknaan, analisis, generalisasi, mengaplikasikan pengetahuan serta evaluasi
b. Sosial science inquiry skills, penguasan terhadap keterampilan ini memberikan kemudahan untuk memformulasi pertanyaan ilmiah dan hipotesis; hubungan koleksi data dan penggunaan data untuk penguji hipotesis dan mendapatkan generalisasi
c. Academic or study skills, keterampilan ini membantu anak menemukan lokasi, mengorganisir dan mendapatkan informasi dari membaca, mendengar dan observasi, mengkomunikasikan secara lisan maupun tulisan, memahami gambar, peta, grafik dan table, menyusun garis waktu, membuat catatan, membuat peta, serta memahami peta
d. Group skill, keterampilan ini membantu siswa untuk mampu berlaku secara efektif baik sebagai pemimpin maupun pengikut dalam memecahkan masalah, dapat berpartisipasi secara aktif dalam proyek penelitian kelompok, membantu tujuan kelompok, menggunakan kekuatan secara efektif dan memperbaiki situasi kelompok, memberikan kontribusi yang berguna bagi kelompok, komunikasi yang efektif antara anggota kelompok.
3. Nilai dan sikap, warga Negara harus mengembangkan komitmen demokrasi dan nilai-nilai kemanusiaan yang merupakan hak dan martabat manusia dalam urusan membuat keputusan dalam menentukan tindakan.
4. Citizen action, tujuan utama dari pengembangan citizen action bagi anak dalam pembelajaran IPS adalah untuk memberikan pengalaman melalui pengenalan pada diri sendiri, masyarakat, pemantapan kewarganegaraan, serta mampu melayani masyarakat (isjoni, 2007).
Selain itu, Solihatin (2007) mengemukakan bahwa tujuan pendidikan IPS ialah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi.
Menurut Somantri (2001) bahwa tujuan Pendidikan IPS pada tingkat sekolah adalah Menekankan tumbuhnya nilai kewarganegaraan, moral, ideologi negara dan agama, kedua menekankan pada isi dan metode berfikir ilmuwan dan yang terakhir menekankan reflective inquiry.
Pola pembelajaran pendidikan IPS menekankan pada unsur pendidikan dan pembekalan pada siswa. Penekanan pembelajarannya bukan sebatas pada upaya mencekoki atau menjejali siswa dengan sejumlah konsep yang bersifat hafalan belaka, melainkan terletak pada upaya agar mereka mampu menjadikan apa yang telah dipelajarinya sebagai bekal dalam memahami dan ikut serta dalam melakoni kehidupan masyarakat lingkungannya, serta sebagai bekal bagi dirinya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Konsep IPS di Indonesia (Solihatin,2007) yaitu meliputi (1) Interaksi, (2) Saling ketergantungan, (3) Kesinambungan dan perubahan, (4) Keragaman/kesamaan/perbedaan, (5) Konflik dan konsensus, (6) Pola, (7) Tempat, (8) Kekuasaan, (9) Nilai kepercayaan, (10) Keadilan dan pemerataan, (11) Kelangkaan, (12) Kekhususan, (13) Budaya dan (14) Nasionalisme.
Manfaat yang didapat setelah mempelajari IPS (http://pustaka.ut.ac.id), antara lain berikut ini
1. Pengalaman langsung apabila guru IPS memanfaatkan lingkungan alam sekitar sebagai sumber belajar.
2. Kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi di masyarakat.
3. Kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat.
4. Kemampuan mengembangkan pengetahuan sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi serta mempersiapkan diri untuk terjun sebagai anggota masyarakat.

D. Implementasi Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial Pada Pembelajaran IPS
Pendekatan sosial perlu dikembangkan mengingat proses-proses sosial akan dialami oleh anak didik sehingga kegiatan belajar mengajar harus membantu anak didik untuk mengembangkan kemampuan hubungan dengan masyarakat dan hubungan antarpribadi. Strategi pembelajaran inkuiri sosial memungkinkan siswa berpikir dan mencari fakta-fakta, informasi, atau data yang mendukung pembuktian hipotesis dalam situasi bebas dan terarah. Peranan guru dalam model pembelajaran ini (Trianto, 2007:136) adalah
a. Motivator, memberi rangsangan agar siswa aktif dan bergairah berpikir
b. Fasilitator, menunjukkan jalan keluar jika siswa mengalami kesulitan
c. Penanya, menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka buat
d. Administrator, bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan kelas
e. Pengarah, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan
f. Manajer, mengelola sumber belajar, waktu dan organisasi kelas
g. Rewarder, member penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa
Guna mempersiapkan pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri sosial beberapa cara dapat digunakan untuk membangkitkan episode inkuiri antara lain (Wahab, 2007:99) :
1. Inkuiri didasarkan kepada artefak yaitu benda-benda hasil kepandaian manusia. Misalnya siswa diminta mempelajari makna simbol yang terdapat pada mata uang bangsanya
2. Inkuiri berdasarkan situasi masalah yang diminta pemecahannya. Contohnya perilaku pemecahan masalah
3. Inkuiri berdasarkan isu-isu yang kontroversial atau kejadian sekarang. Misalnya adanya protes dari penduduk sutau wilayah tentang pencemaran limbah industri terhadap sumber air penduduk
4. Inkuiri berdasarkan pada konsep-konsep yang ditemukan dalam pelajaran. Misalnya mempelajari bagaimana kontak dengan budaya lain mempengaruhi cara kehidupan. Misalnya kontak-kontak yang dilakukan oleh suku terasing dengan kelompok masyarakat lain dan pengaruhnya terhadap suku terasing tersebut.
5. Inkuiri yang didasarkan pada potret dan ilustrasi. Gambar dan ilustrasi berfungsi untuk meningkatkan ketelitian terhadap konsep yang dikemukakan dalam buku teks IPS. Untuk itu misalnya guru dapat mengajukan pertanyaan kepada siswa, 1. Apa hubungan antara gambar/ilustrasi tersebut dengan materi yang kita bicarakan?
Sebagai contoh penerapan model inkuiri sosial dalam pembelajaran (Wena, 2009:84):
NO TAHAP PEMBELAJARAN KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA
1 Orientasi Memberikan contoh kasus yang berhubungan dengan pembelajaran Menerima contoh kasus
Merangsang tumbuhnya kepekaan sosial siswa Mempelajari kasus yang dijadikan bahan pembelajaran
Membimbing siswa untuk melakukan analisis permasalahan pada kasus yang sedang dibahas Melakukan analisis terhadap kasus yang dihadapi
Merangsang siswa untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait dengan kasus yang dihadapi Melakukan tanya jawab dengan guru
Membimbing siswa untuk mengkaji hubungan antar data dan sejenisnya, yang terkait dengan kasus yang dibahas Mengkaji hubungan antar variabel/data pada contoh kasus yang dihadapi
2 Hipotesis Membantu siswa mengembangkan hipotesis yang berhubungan dengan masalah yang dikaji Mengembangkan hipotesis
Hipotesis yang diajukan oleh siswa kemudian diuji bersama oleh guru dan siswa Melakukan pengujian hipotesis
Membantu siswa untuk melakukan validitas terhadap hipotesis yang diajukan Melakukan validitas hipotesis
Membantu siswa untuk melihat kompatibilitas hipotesis Melihat kompatibilitas hipotesis
Membantu siswa untuk meninjau kesesuaian hipotesis dengan fakta dan bukti yang mendukung atau bukti yang tidak mendukung Melihat/ meninjau ketidaksesuaian hipotesis dengan fakta dan bukti yang mendukung atau bukti yang tidak mendukung
3 Definisi Membimbing siswa untuk mengklarifikasi hipotesis yang diajukan kemudian mendefinisikannya, sehingga semua kelompok siswa dapat memahami dan mengkomunikasikan permasalahan yang dibahas Melakukan klarifikasi hipotesis
Membimbing siswa mendefinisikan hipotesis yang diajukan Mendefinisikan hipotesis
Membimbing siswa untuk merumuskan hipotesis Merumuskan hipotesis
4 Eksplorasi Membantu siswa untuk memperluas atau menganalisa hipotesis yang diajukan Melakukan analisis terhadap hipotesis yang diajukan
Membantu siswa untuk menganalisis implikasi hipotesis yang diajukan Melihat implikasi hipotesis yang diajukan
Membantu siswa untuk menganalisis asumsi-asumsinya dan deduksi yang mungkin dilakukan dari hipotesis tersebut Menganalisis asumsi-asumsi dan melakukan deduksi
Membimbing siswa mengkaji kualitas dan kekurangan hipotesis Menganalisis kualitas dan kekurangan hipotesis
Membimbing siswa untuk menganalisis tingkat validitas logisnya dan konsistensi internal hipotesis yang diajukan Melakukan analisis tingkat validitas logisnya dan konsistensi internal hipotesis yang diajukan
5 Tahap pengumpulan bukti dan fakta Membimbing siswa untuk mengumpulkan fakta dan bukti yang dibutuhkan untuk mendukung hipotesis Melakukan pengumpulan data, fakta, bukti yang mendukung hipotesis
Membimbing siswa cara-cara mengumpulkan bukti, fakta, data yang berhubungan dengan hipotesis yang diajukan Melakukan pengumpulan data, fakta, bukti yang mendukung hipotesis
Mendorong siswa untuk belajar memverifikasi, mengklasifikasikan, mengkategorikan dan mereduksi data Melakukan verifikasi, klasifikasi, kategori dan reduksi data
6 Generalisasi Membantu siswa mengungkapkan penyelesaian masalah yang dipecahkan Mengungkapkan penyelesaian masalah yang dipecahkan
Membimbing siswa untuk mencoba mengembangkan beberapa kesimpulan Mengembangkan beberapa kesimpulan
Membimbing siswa untuk menganalisis masing-masing kesimpulan yang telah dibuat Melakukan analisis atas masing-masing kesimpulan yang telah dibuat
Membimbing siswa untuk memilih pemecahan masalah yang paling tepat Melakukan pemilihan pemecahan masalah yang paling tepat

Ada beberapa kesulitan dalam mengaplikasikan model pembelajaran ini (Sanjaya, 2006) yaitu :
a) Inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses berpikir yang bersandarkan kepada dua sayap yang sama pentingnya, yaitu proses belajar dan hasil belajar. Selama ini guru yang sudah terbiasa dengan pola pembelajaran sebagai proses penyampaian informasi yang lebih menekankan kepada hasil belajar, banyak yang merasa keberatan untuk mengubah pola mengajarnya. Guru cenderung bertahan dengan pola pembelajaran konvensional dan sulit untuk menerima pembaruan-pembaruan
b) Sejak lama tertanam dalam budaya belajar siswa bahwa belajar pada dasarnya adalah menerima materi pelajaran dari guru, dengan demikian bagi mereka guru adalah sumber belajar yang utama. Karena budaya belajar semacam itu sudah terbentuk dan menjadi kebiasaan, maka akan sulit mengubah pola belajar mereka dengan menjadikan belajar sebagai proses berpikir. Mereka akan sulit manakala diajak memecahkan suatu persoalan, mereka akan sulit manakala disuruh untuk bertanya. Demikian juga dalam menjawab pertanyaan, mereka akan mengalami kesulitan untuk menjawab setiap pertanyaan, walaupun pertanyaan itu sangat sederhana. Biasanya siswa memerlukan waktu yang cukup lama untuk merumuskan jawaban dari suatu pertanyaan
c) Berhubungan dengan sistem pendidikan kita yang dianggap tidak konsisten. Misalnya, sistem pendidikan menganjurkan bahwa proses pembelajaran sebaiknya menggunakan pola pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir, namun dilain pihak sistem evaluasi yang masih digunakan misalnya sistem UAN berorientasi pada pengembangan aspek kognitif. Tentu saja hal ini bisa menambah kebingungan guru sebagai pelaksana di lapangan, apakah ia akan melaksanakan pola pembelajaran dengan menggunakan inkuiri sebagai strategi pembelajaran yang menekankan pada proses pembelajaran atau akan mengembangkan pola pembelajaran yang diarahkan agar siswa dapat mengerjakan atau menjawab soal-soal hafalan.
Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka model pembelajaran ini akan sulit di implementasikan oleh setiap guru.

BAB III
SIMPULAN

Dewasa ini, tidak dapat dipungkiri bahwa kesejahteraan masyarakat dan Negara bergantung pada sumbangan kreatif dari masyarakat, untuk itu perlulah sikap dan perilaku yang dipupuk sejak dini kepada para persta didik melalui pembelajaran IPS yang menekankan pada kemampuan berpikir yaitu dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri sosial yang pada akhirnya kelak mampu menghasilkan pengetahuan baru. Strategi pembelajaran inkuiri sosial merupakan salah satu strategi pembelajaran yang bersumber dari interaksi sosial dimana mengajak siswa untuk berpikir kritis dan kreatif dalam menyelesaikan maslah-masalah sosial. Tetapi keberhasilan suatu pembelajaran disekolah bukan hanya dari strategi pembelajaran yang digunakan saja, melainkan didukung oleh komponen-komponen penting lainnya seperti guru, kurikulum, dan lain-lain. Karena sebagus apapun strategi pembelajaran tidak akan berarti dan berhasil tanpa adanya komponen-komponen pembelajaran yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari. 2008. Guru Profesional (Menguasai Metode dan Terampil Mengajar). Penerbit Alfabeta. Bandung

Banks, James. A. 1990. Teaching Strategies For The Social Studies (Inquiry, Valuing, And Decision Making). Longman. New York and London

Beyer, K. Barry. 1971. Inquiry In The Sosial Studies Classroom (A Strategy For Teaching). Charles E Merrill Publishing Company. Ohio

Gulo, W. 2008. Strategi Belajar-Mengajar. Penerbit Grasindo. Jakarta

Isjoni. 2007. Integrated Learning (Pendekatan Pembelajaran IPS Di Pendidikan Dasar). Penerbit Falah Production. Bandung

Joice, Bruce dan Weil. 2000. Models Of Teaching. A Pearson Education Company. United States Of America

-------------------------------.1992. Models Of Teaching. Englewood Cliffs. Prentice Hall.inc

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi pembelajaran (berorientasi standar proses pendidikan). Kencana Prenada Media. Jakarta

Solihatin, Etin dan Raharjo. 2007. Cooperatif Learning (analisis model pembelajaran IPS). Penerbit Bumi Aksara. Jakarta

Somantri, Numan. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Remaja Rosdakarya. Bandung

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Prestasi Pustaka. Jakarta

Wahab, Abdul Azis. 2007. Metode Dan Model-Model Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Penerbit Alfabeta. Bandung

Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer (Suatu Tinjauan Konseptual Operasional). Penerbit Bumi Aksara. Jakarta

Woolever, Roberta dan Scott. 1988. Active Learning In Social Studies. Scott, Foresman adn Company. Boston London

http://www.ncss.com [online] 1 April 2009

http://www.puskur.net [online] 1 April 2009

http://pardi74.multiply.com [online] 13 April 2009

http://pustaka.ut.ac.id [online] 10 April 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar