Selasa, 22 Desember 2009

Anotasi Bibliografi Cooperative Learning

1. Slavin, Robert. (2008). Cooperative Learning, Teori, Riset Dan Praktik. Bandung:Nusamedia

Robert E. Slavin membagi buku ini menjadi tujuh bab, dimana bab pertama berisi tentang konsep dasar pembelajaran kooperatif, bab kedua tentang penerapan model pembelajaran kooperatif dalam pencapaian prestasi siswa, sedangkan bab ketiga membahas pengaruh model pembelajaran kooperatif terhadap keluaran-keluaran lain yang dihasilkan (non kognitif). Bab keempat dan kelima berisi tentang metode-metode pembelajaran kooperatif yang paling banyak diaplikasikan. Bab keenam membahas metode-metode spesialisasi tugas dan buku ini ditutup dengan pembahasan berbagai metode dan sumber pembelajaran kooperatif lainnya. Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang berdasarkan teori motivasi dan teori kognitif, dimana para siswa akan duduk bersama dalam kelompok kecil untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru dan saling mendukung untuk berhasil.

Komentar:

Buku cooperative learning ini menyajikan pemahaman praktis dan jelas mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif dan memberikan informasi mengenai bagaimana cara mengubah pemahaman dan antusiasme ke dalam praktik-praktik yang efektif dalam pembelajaran. Selain itu, buku ini juga menyuguhkan sesuatu yang menarik dari pembelajaran kooperatif yaitu bahwa pembelajaran kooperatif menjadikan dirinya alat stimulasi yang sangat baik dalam pembelajaran dan dapat diaplikasikan untuk semua jenis kelas.

2. Solihatin, Etin (2007). Cooperative Learning, Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara

Buku ini terbagi dalam tiga bagian besar yaitu bagian pertama, membahas apa itu cooperative learning, kemudian di ikuti pembahasan mengenai apa itu Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang meliputi materi, media, laboratorium, serta evaluasinya, dan pada bagian terakhir memaparkan bagaimana aplikasi model cooperative learning. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu sikap atau perilaku bersama dalam belajar atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok. Model cooperative learning dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk belajar mandiri, belajar bersama untuk mencapai tujuan bersama, selain itu hasil belajar mahasiswa pada aspek sikap dan keterampilan sosial dapat lebih ditingkatkan.

Komentar:

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan model pembelajaran kooperatif memungkinkan mahasiswa terlibat langsung dalam pembelajaran sebagai upaya mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, moral, dan keterampilan sosial. Sehingga mahasiswa mampu berperan serta dalam melakoni kehidupan masyarakat modern yang dinamis dalam rangka menyongsong era globalisasi, yang sampai pada akhirnya dengan pengetahuan sosial (IPS) dapat membentuk warga Negara yang baik.

3. Isjoni (2007). Cooperative Learning, Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta

Buku ini terdiri dari sepuluh bab, dimana bab pertama membahas dasar kontruktivistik dalam cooperative learning, kemudian di ikuti dengan pengertian cooperative learning yang dinyatakan oleh para ahli. Pada bab ketiga, keempat dan kelima dijelaskan mengenai tujuan, teori dasar dan karakteristiknya. Model-model cooperative learning dibahas pada bab keenam, yang diikuti dengan peranan guru dalam cooperative learning serta strategi yang bisa digunakan guru dalam cooperative learning agar kegiatan pembelajaran dapat mencapai hasil yang maksimal. Bab kesembilan pada buku ini menyajikan tes eksperimen cooperative learning yang dilakukan dan ditutup penulis dengan memberikan keyakinan pada pembaca untuk menjadikan cooperative learning sebagai salah satu model pembelajaran di kelas. Cooperative learning merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda.

Komentar:

Buku Cooperative learning karangan Isjoni ini membahas tentang konsep inti dari cooperative learning, siapa yang berperan didalamnya, dan bagaimana strategi menerapkannya. Inti dari konsep cooperative learning ialah menempatkan pengetahuan yang dimiliki siswa merupakan hasil daripada aktivitas yang dilakukannya, bukan pengajaran yang diterima secara pasif.

4. Lie, Anita. (2008). Cooperative Learning, Mempraktikkan Cooperative Learning Di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta:Grasindo

Buku ini terbagi menjadi sembilan bab, diawali dengan perubahan paradigma dalam pembelajaran kemudian dilanjutkan dengan mengetengahkan transformasi pendidikan dan globalisasi. Bab ketiga membahas nilai-nilai gotong royong dalam budaya Indonesia, sedangkan bab keempat dan kelima menjelaskan keunggulan model pembelajaran kooperatif serta unsur-unsurnya. Tiga bab berikutnya menjabarkan cara praktis dalam melaksanakan metode cooperative learning yaitu pengelolahan kelas, teknik pembelajaran yang bisa dipakai dalam metode cooperative learning dan model penilaiannya. Pada bagian penutup, penulis merekomendasikan model pembelajaran kooperatif karena dengan menggunakan metode ini siswa merasa lebih terdorong untuk belajar dan berpikir. Cooperative learning didefinisikan sebagai sistem kerja atau belajar kelompok yang terstruktur, yaitu memiliki unsur-unsur pokok yang membedakannya dengan belajar kelompok biasa.

Komentar:

Belajar bagaimana belajar perlu diajarkan pada siswa misalnya bagaimana menggali dan memproses informasi dengan kelompok. Buku ini membahas berbagai aspek yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan metode pembelajaran kooperatif mulai dari landasan teoritis sampai dengan penerapannya dalam pembelajaran.

5. Ibrahim. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya:University press

Buku berjudul pembelajaran kooperatif ini terdiri dari lima bab, yang diawali dengan tinjauan umum pembelajaran kooperatif, dilanjutkan landasan teori dan empirik dari pembelajaran kooperatif di bab kedua, kemudian pada bab ketiga dan keempat berisi tentang pelaksanaan pembelajaran kooperatif di kelas serta bagaimana lingkungan belajar yang sesuai untuk menerapkan pembelajaran kooperatif serta tugas-tugas menejemennya. Pada bagian akhir buku ini ditutup dengan penjelasan mengenai penilaian dan evaluasi dalam pembelajaran kooperatif. Kerangka teoritis dan empirik yang kuat untuk pembelajaran kooperatif mencerminkan pandangan bahwa manusia belajar dari pengalaman mereka dan partisipasi aktif dalam kelompok kecil membantu siswa belajar keterampilan sosial yang penting sementara itu secara bersama mengembangkan sikap demokratis dan keterampilan berpikir logis.

Komentar:

Untuk mendapatkan hasil belajar yang baik siswa memerlukan suatu model pembelajaran yang dapat membantu mereka menguasai konsep-konsep penting dari suatu mata pelajaran. Dalam buku ini dijelaskan bahwa model pembelajaran kooperatif menuntut kerjasama siswa dan saling ketergantungan dalam struktur tugas, tujuan, dan hadiah atau reward.

6. Stahl and Vansickle. (1992). “Cooperative Learning As Effective Social Study Within The Social Studies Classroom: Introduction And An Invitation”. Cooperative Learning Social Studies Classroom: An Introduction To Social Study (NCSS). (Buletin no 87).1-7.

Berawal dari perubahan paradigma dari kompetisi menjadi kooperatif dalam pembelajaran IPS. Artikel ini membahas tentang konsep kerja cooperative learning sebagai alternatif pendekatan dalam pembelajaran IPS yang meliputi asumsi dasar penggunaan cooperative learning dalam pembelajaran IPS, pengembangan ilmu sosial dalam kelas IPS dengan motto “Getting Better Together”, membangun konsep penting tentang bekerjasama untuk belajar dan kelompok cooperative learning, sampai dengan mendalami cooperative learning dengan mengetahui keunggulannya. Artikel ini ditutup dengan ajakan kepada semua pendidik di bidang IPS untuk mempelajari dan mengaplikasikan cooperative learning dalam pembelajaran. Cooperative learning merupakan salah satu pendekatan, dimana dari teori sampai dengan aplikasinya di ruang kelas dapat membantu siswa menjadi pembelajar yang sukses.

Komentar:

Artikel ini membahas mengenai konsep, filosofi dan aplikasi cooperative learning di dalam kelas IPS, selain itu juga membahas kesalahpahaman yang sering terjadi pada cooperative learning. Penulis juga menyarankan cooperative learning pada bidang sosial dan pendidikan yang merupakan alat dari pendidikan IPS sehingga dapat menjadi satu kendaraan dimana siswa bisa maju secara bersama-sama.

7. VanSickle. (1992). Cooperative Learning, Properly Implemented, Works: Evidence From Research In Classrooms. Cooperative learning social studies classroom: an introduction to social study (NCSS). (Buletin no 87).16-19.

Artikel yang ditulis oleh Ronald VanSikle mengulas literatur-literatur yang membahas efek dari cooperative learning di ruang kelas IPS. Dikatakan bahwa dari eksperimen, teknik cooperative learning menghasilkan peningkatan prestasi akademik yang positif yaitu sebanyak 72% sedangkan hanya 12% yang dihasilkan oleh pembelajaran yang tidak menggunakan cooperative learning. Selain meningkatkan prestasi belajar, penerapan cooperative learning pada pembelajaran IPS juga mengajarkan siswa untuk menjadi aktif, warga Negara yang baik dan memajukan nilai-nilai demokrasi. Cooperative learning bisa mendukung tujuan dari kurikulum IPS yaitu menjadikan warganegara demokratis yang terdiri dari 5 nilai yaitu kesempatan untuk belajar, kesejahteraan pribadi, penghargaan dari kerja kerasnya, tanggung jawab pribadi dan tanggung jawab sosial .

Komentar:

Eksperimen-eksperimen yang dilakukan memperlihatkan bahwa teknik cooperative learning dapat memberikan tujuan kelompok dan penghargaan serta mengajak siswa yang biasa belajar secara individual untuk meningkatkan prestasi belajar yang tinggi dari pada dengan teknik non cooperative learning. Selain itu, cooperative learning menghasilkan tingkah laku siswa yang lebih positif dan berinteraksi serta meningkatkan perilaku positif lainnya. Dimana cooperative learning memiliki pengaruh yang sangat konsisten dengan tujuan dan nilai-nilai pembelajaran IPS.

8. Slavin, Robert. (1992). Cooperative Learning In Social Studies: Balancing The Social Dan The Studies. Cooperative learning social studies classroom: an introduction to social study (NCSS). (Buletin no 87).21-24.

Hasil penelitian mengenai metode cooperative learning yang digunakan di kelas memberikan hasil yang menggembirakan pada hasil belajar. Kemajuan IPS harus meliputi sosial dan pembelajaran. Artikel ini membahas metode cooperative learning yaitu STAD, TGT, Jigsaw, Learning Together, dan GI, kemudian diiringi dengan pemaparan hasil penelitian terhadap kooperatif learning yang meliputi prestasi akademik, hubungan dalam kelompok, kepercayadirian dan prestasi-prestasi lainnya. Pada bagian akhir, artikel ini ditutup dengan pembahasan menyeimbangkan sosial dan pembelajaran pada IPS. Cooperative learning menitikberatkan pada kesuksesan kelompok harus bergantung pada pelaksanaan pembelajaran dari setiap siswa, bukan hanya hasil dari satu kelompok.

Komentar:

Cooperative learning bisa membuat program pembelajaran IPS yang menghasilkan siswa yang aktif bukan pasif, mendalami materi sampai dengan berdebat, menggali, bertanya, mengajarkan, memproses, memberikan pengalaman dari pengetahuan untuk menerima tujuan sosial dan pendidikan sebagai kurikulum secara keseluruhan dari pendidikan IPS.

9. Luce, Eric. (1992). Theory Into Practice: A Cooperative Learning Success Story In Middle Level Classrooms. Cooperative Learning Social Studies Classroom: An Introduction To Social Study (NCSS). (Buletin no 87). 31-36.

Artikel ini berusaha untuk meyakinkan pembaca tentang keunggulan dari cooperative learning dalam kelas IPS di SMP. Dimana diawali dengan memaparkan penelitian-penelitian yang dilakukan para ahli sehingga dapat membantu pembaca mendapatkan keyakinan untuk mencoba pembelajaran kooperatif ini. Selanjutnya menyajikan laporan-laporan penelitian dari ruang kelas dimana laporan tersebut berisikan informasi yang baik pada pembelajaran dengan menggunakan cooperative learning. Dan pada akhir artikel penulis menantang pendidik di bidang IPS untuk mengganti pembelajaran tradisional mereka dengan cooperative learning. Cooperative learning memberikan kebebasan siswa dan guru dalam memperhatikan dan menemukan sesuatu yang alamiah dalam lingkungannya yang relevan dan bermakna untuk dipelajari.

Komentar:

Cooperative learning bukan merupakan resep sukses secara instan, diperlukan kerja keras dan situasi yang serius antara guru dan siswa. Dengan hasil yang bisa kita dapatkan, cooperative learning secara berkesinambungan membantu kita ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan untuk ke pendidikan IPS secara khusus.

10. Mattingly, Robert. (1992). I Know It Works: Seeing A Cooperative Learning Strategy Succeed In My Secondary Classroom. Cooperative Learning Social Studies Classroom: An Introduction To Social Study (NCSS). (Buletin no 87). 38-43.

Robert Mattingly memaparkan kesuksesannya dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif di kelas. Dimana yang diawali dengan sebuah deskripsi singkat tentang keadaan pembelajaran sebelum menggunakan cooperative learning, diikuti dengan adanya pemikiran untuk berubah atau tidak untuk berubah. Setelah itu ia berusaha untuk mencari informasi, yang pada akhirnya membawa ia menemukan sebuah model pembelajaran yaitu cooperative learning dengan teknik Jigsaw. Setelah dilakukan eksperimen dapat disimpulkan bahwa kelas Jigsaw memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan kelas konvensional yaitu sebesar 80%. Selain itu siswa di kelas jigsaw lebih memiliki rasa tanggung jawab dan dapat berhubungan baik dengan teman sekelasnya. Artikel ini ditutup dengan tawaran kepada pada guru untuk menggunakan model cooperative learning untuk hasil belajar yang lebih baik. Cooperative learning tipe jigsaw membuat suasana pembelajaran siswa menjadi lebih inovatif dan bukan lagi sesuatu yang membosankan.

Komentar:

Artikel ini membahas penerapan cooperative learning di kelas IPS. Dengan cooperative learning diharapkan siswa dapat belajar dengan gembira sehingga aktivitas belajar menjadi suatu hal yang menyenangkan bagi siswa.

11. Stahl, Robert. (1992). From “Academic Strangers” To Successful Members Of A Cooperative Learning Group: An Inside-The-Learner Perspective. Cooperative learning social studies classroom: an introduction to social study (NCSS). (Buletin no 87). 8-15.

Robert Stahl memperlihatkan sudut pandang siswa terhadap pembelajaran dikelas dengan memberikan dua skenario yang berbeda. Dimana pada bagian pertama artikel ini, ia menyajikan tiga cara siswa beriteraksi dalam pembelajaran yaitu interaksi individual, interaksi dan interaksi kooperatif. Bagian selanjutnya, ia memaparkan pendapat siswa tentang penerapan kelompok dan aktivitas cooperative learning. Bagian ketiga, Robert menjelaskan mengapa siswa ingin menjadi sukses dalam belajar, yang dilihat dari sudut pandang pembelajar. Penulis juga menjelaskan implikasi cooperative learning pada pendidikan IPS, yang kemudian ditutup dengan kelayakan cooperative learning dalam memberikan jalan kepada siswa untuk mengetahui apa yang mereka butuhkan untuk mencapai keberhasilan dalam belajar.

Komentar:

Satu nilai penting dari artikel ini ialah dapat membantu pendidik IPS mempertimbangkan apa yang dibutuhkan siswa selama menggunakan strategi cooperative learning. Cooperative learning memberikan siswa banyak kesempatan untuk meningkatkan proses informasi yang mereka butuhkan, untuk memperlengkap proses yang mereka butuh untuk dilengkapi dan untuk menggunakan waktu belajar secara produktif.

12. Johnson, and Johnson. (1992). Approaches To Implementing Cooperative Learning In The Social Studies Classroom. Cooperative learning social studies classroom: an introduction to social study (NCSS). (Buletin no 87).44-51.

Sesuai dengan judulnya, artikel ini berisikan tentang penerapan cooperative learning dalam kelas IPS. Berawal dengan adanya perubahan interaksi dalam pembelajaran menjadi interaksi kooperatif. Diikuti dengan penjelasan mengenai definisi pembelajaran kooperatif, teori-teori dasarnya, pendekatan-pendekatan model pembelajaran kooperatif sampai dengan implementasi pembelajaran di dalam kelas IPS. Pembelajaran kooperatif dapat diartikan sebagai petunjuk dalam menggunakan kelompok kecil dimana siswa berkerja sama untuk mengembangkan pengetahuan mereka dan belajar dengan anggota kelompoknya. Pembelajaran kooperatif dilakukan dengan langkah-langkah berikut guru menginformasikan materi kepada siswa, membagi siswa menjadi kelompok kecil, memberi bimbingan kelompok bekerja dan belajar, evaluasi dan memberikan penghargaan.

Komentar:

Dengan cooperative learning, siswa memiliki dua tanggung jawab sekaligus yaitu untuk mempelajari materi pelajaran dan menyakinkan jika semua anggota kelompok sudah memahami materi yang dipelajari tersebut. Cooperative learning dapat diterapkan dengan percaya diri di setiap tingkatan, setiap mata pelajaran dan setiap materi.

13. Johnson, and Johnson. (1992). Elementary Students Can Learn To Cooperate And Cooperate For Learning. Cooperative Learning Social Studies Classroom: An Introduction To Social Study (NCSS). (Buletin no 87). 26-31.

Artikel ini menggambarkan pengalaman penulis dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif pada siswa SD. Dimana didalamnya berisi tentang ketertarikan penulis untuk menggunakan model cooperative learning, konsep-konsep dasar cooperative learning, situasi kelas saat cooperative learning digunakan, membandingkan hasil belajar antara kelas yang menggunakan cooperative learning dengan yang tidak. Artikel ini ditutup dengan kesimpulan terhadap keefektifan model cooperative learning. Filosofi cooperative learning meningkatkan kerjasama dan kolaborasi sehingga semangat siswa bisa disalurkan oleh strategi petunjuk khusus untuk meningkatkan hasil belajar, afektif, dan tujuan interaksi sosial. Cooperative learning dapat digunakan pada mata pelajaran matematika, IPA, bahasa, kesenian dan IPS. Disamping itu penerapannya menghasilkan beberapa keunggulan yaitu siswa tertarik belajar IPS, pengetahuan meningkat, keterampilan sosial dan interpersonal meningkat, dan hubungan sesama teman yang berbeda latar belakangnya semakin membaik.

Komentar:

Penulis memberikan landasan berpikir bahwa tidak ada seseorang yang dapat berhasil tanpa bantu dari orang lain atau tidak ada kelompok tanpa aktivitas dan interaksi dari anggotanya. Cooperative learning merupakan cara dalam mengajar dan belajar, bukan merupakan sesuatu yang harus diajarkan atau aktivitas yang membuat sempurna.

14. McCulloch. (2000). Cooperative Learning In Social Studies Education: What Does Research Say? ERIC. [online]. Tersedia http://www.ericdigests.org/pre-923/cooperative.html. [28 mei 2009]

McCulloch dalam tulisannya ini memaparkan hasil–hasil penelitian dari penerapan cooperative learning di kelas IPS, dan efek dari cooperative learning pada kesadaran multikultural dan hubungan antar etnik, hubungan interpersonal dan perilaku prososial. Di akhir artikel, penulis memaparkan tentang pendekatan-pendekatan dalam cooperative learning yaitu STAD, Jigsaw, dan GI. Cooperative learning mengarahkan siswa untuk bekerja sama dalam meraih tujuan umum dan tujuan yang dibuat sebagai kolaborasi atau menolong teman sesama anggota kelompok.

Komentar:

Cooperative learning tampaknya menjadi metode yang menjanjikan bagi guru IPS untuk merangsang atau menstimulus hasil belajar yang meliputi hasil belajar akademik dan sosio-moral siswa.

15. Mangkoesapoetra, Arief.A. (2005). Implementasi Model Cooperative Learning dalam Pendidikan IPS Tingkat Persekolahan. [Online]. Tersedia: (http://re-searchengines.com/0805arief6.html) [30 Mei 2009]

Bab pertama diawali dengan latar belakang masalah, Bab kedua berisi tentang dasar pemikiran pembelajaran cooperative learning, bab ketiga memaparkan beberapa temuan dalam penelitian dan bab terakhir ialah penutup. Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa Model Pembelajaran Cooperative Learning (MPCL) mempunyai efektivitas yang cukup tinggi untuk membelajarkan materi pendidikan IPS. Kemampuan dan kepedulian guru dalam memediasi dan menstabilisasi pengembangan dan pelatihan pengetahuan, sikap, nilai, moral, dan keterampilan-keterampilan sosial siswa, menjadikan pembelajaran pendidikan IPS semakin bermakna dalam dimensi pendidikan dan pembentukan warta negara yang baik secara dini, dan MPCL juga dapat digunakan untuk membelajarkan materi atau pokok bahasan lain selain mata pelajaran IPS.

Komentar:

Iklim pembelajaran yang dikembangkan oleh guru mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan dan kegairahan belajar, demikian pula kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran salah satunya dengan cooperative learning.

16. Syaodih, Erliany. (2007). Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial. [Online]. Tersedia: (http://educare.e-fkipunla.net/index2.php?option=com_content&do_pdf) [30 Mei 2009]

Hasil penelitian menunjukkan bahwa belajar dengan model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa di jenjang pendidikan dasar terutama di kelas V SD, Penguasaan materi pelajaran lebih meningkat, dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, kegiatan berkelompok lebih efektif jika pengelompokkan dilakukan dengan kegiatan yang kreatif, Penguasaan materi pelajaran meningkat melalui pembelajaran yang mengaktifkan siswa, Siswa lebih cepat menyesuaikan diri dengan kegiatan pembelajaran bila didahului dengan langkah orientasi, wawasan pengetahuan siswa lebih luas melalui penggunaan kegiatan eksplorasi, penguasaan pengetahuan siswa lebih kuat melalui kegiatan pendalaman dan penguatan,dan penyimpulan diakhir pelajaran memperkuat penguasaan siswa dalam materi yang dipelajari.

Komentar:

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model cooperative learning bisa digunakan pada sekolah dasar untuk meningkatkan pendidikan IPS terutama di kelas IV, V, dan VI. Pengembangan model pembelajaran kooperatif dalam bidang IPS yang diarahkan pada peningkatan keterampilan sosial siswa dan dapat meningkatan pembelajaran IPS di kelas V Sekolah Dasar.

17. Johnson, David dan Johnson, Roger.T. (2007). Cooperative Learning and Moral Education”. The Newsletter of cooperative learning Insttitude [Online], Vol 22, (1), halaman.Tersedia: (www.co-operation.org) [25 Mei 2009]

Penulis menjelaskan dampak pembelajaran kooperatif terhadap moral pendidikan, dimana pembelajaran kooperatif dapat: (1) Menciptakan suatu masyarakat moral (2) kemampuan-kemampuan kerjasama (3) Membuat penilaian-penilaian moral (4) Transmisi nilai dan (5) Memberi Pemasukan moral. Pada artikel ini penulis menegaskan bahwa semakin banyak para siswa mengambil bagian di dalam pembelajaran kooperatif mereka semakin percaya bahwa setiap orang yang mencoba akan berhasil di dalam kelas, para siswa sekolah dasar akan menghargai mereka, dan sistim penilaian akan dilakukan dengan adil. Bagaimana nilai moral dalam pendidikan dipelajari dengan bekerja sama untuk mencapai sasaran timbal balik, mengadopsi peran-peran untuk prestasi, peluang untuk berempati dengan yang lain, dapat dipelajari dan tersedia dalam pembelajaran kooperatif jika dibandingkan dengan situasi-situasi yang bersifat perseorangan atau kompetitif.

Komentar:

Jika sekolah ingin memberikan dampak pendidikan moral ke siswa maka siswa harus dilibatkan di dalam hal-hal positif dan memperhatikan hubungan-hubungan mereka dengan teman sekolah, ini merupakan persyaratan dalam model pembelajaran kooperatif.

18. Dumas, Alexandre (2007). Cooperative Learning, Elements of Successful Cooperative Learning. [Online] Tersedia: (http://www.cde.ca.gov/sp/el/er/cooplrng.asp) [25 Mei 2009]

Dalam artikel ini penulis menyatakan bahwa metode pembelajaran kooperatif itu fleksibel dan sesuai juga untuk para siswa dengan kebutuhan khusus, oleh karena itu bagaimanapun juga pembelajaran kooperatif adalah suatu inovasi. Artikel ini juga menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran kooperatif perlu dikhususkan kepada konteks ilmu bahasa dan budaya yang digunakan, dirancang dan diterapkan oleh para guru yang tetap berpegang kepada unsur-unsur kunci pembelajaran kooperatif dan ditujukan kepada keanekaragaman sebagai sumber daya, disamping itu pendekatan kooperatif dapat menciptakan lingkungan yang memungkinkan para siswa untuk berhasil secara akademis dan meningkatkan hubungan antar pribadi mereka.

Komentar:

Penulis ingin menegaskan kepada pembaca bahwa cooperative learning adalah suatu pendekatan di bidang pendidikan untuk membantu para siswa mencapai standar isi dan mengembangkan keterampilan hubungan antar pribadi yang diperlukan untuk berhasil dalam suatu pendidikan multikultural di dunia. Model pembelajaran kooperatif membuat para guru secara efektif bereaksi dengan para siswa yang berbeda dalam prestasi akademis dan pemahaman antar budaya.

19. Kamyab, Shahrzad. (1997). Cooperative Learning: One effective method to turn passive students into active learners in Russian classrooms. [Online]. Tersedia:(Http://www.Prof.Msu.Ru/Publ/Omsk1/4_10.Html) [28 Mei 2009].

Penulis menggunakan metode koperasi STAD (Student Teams-Achievment Divisions) Robert Slavin dan Jigsaw II yang dikembangkan slavin (1990) untuk merubah pola metode mengajar tradisional ke model pengembangan kemampuan belajar siswa di Rusia. Perubahan terjadi dari sistem persekolahan di Rusia terutama pelatihan bagi gurunya, memperbaiki diri sendiri, dan perubahan instruksi di dalam kelas. Perubahan ini merupakan suatu gerak lambat dari suatu pendekatan didaktis ke metode interaktif, dengan kata lain pemberian instruksi di dalam kelas harus berubah dari pendekatan Teacher-centered ke student-centered. Pembelajaran kooperatif menghasilkan peningkatan raksasa didalam hubungan antar pribadi ketika suatu kelompok yang dicampur dalam ras, jenis kelamin, kemampuan, dan strategi yang dikembangkan meningkatkan kerjasama kelompok yang berbeda suku sehingga meningkatkan persahabatan interethnic.

Komentar:

Dengan strategi aktifitas belajar cooperative, para guru dapat membantu siswa untuk meneliti, manyatukan, memecahkan masalah, dan bahkan belajar untuk belajar.

20. Roger, T. dan Johnson, D.W. (2000). Cooperative Learning: Two Heads Learn Better Than One. In Context: A Quarterly of Humane Sustainable Culture. [Online]. Tersedia: (http://www.context.org./ICLIB/IC18/Johnson.html) [25 Mei 2009]

Situasi pembelajaran kooperatif, ditandai dengan tumbuhnya interaksi saling ketergantungan dalam menentukan tujuan, pengupayaan kesepakatan kelompok, saling berbagi tanggung jawab dan saling mendukung, maka penerapan model interaksi belajar kooperatif dapat dilakukan melalui langkah-langkah: pertama memilih pelajaran yang bertolak dari pemecahan masalah, belajar konseptual dan berpikir divergen, kedua memilih ukuran kelompok sesuai dengan karakteristik tugas, ketiga membagi kelompok, (anggota disarankan heterogen), keempat penataan ruang kelas, kelima menyediakan bahan-bahan yang sesuai, keenam menjelaskan tugas, tujuan, dan menyepakati kriteria penilaian kerja kelompok, dan ketujuh memantau kelompok ketika mereka bekerja.

Komentar:

Interaksi siswa antar sesama itu telah ditunjukkan oleh riset bahwa interaksi kooperatif dalam belajar ternyata memiliki kelebihan dalam beberapa hal yaitu pencapaian hasil belajar siswa lebih baik, sikap yang lebih positif terhadap sekolah, mata pelajaran, dan guru, hubungan antar siswa lebih baik, serta siswa lebih efektif secara interpersonal.

21. Sefra, Djuni. (2007). Praktek Cooperative Learning Dalam memotivasi Belajar Mengajar Siswa dan Guru. (Sebuah Studi Di SMA Negeri 5 Bukit Tinggi). [Online]. Tersedia: (http://djunisefra.blogspot.com/2007/12/makalah-kgi-jkt-2007.html) [28 Mei 2009]

Implementasi cooperative learning yang dilaksanakan oleh penulis dan guru-guru di sekolah ini adalah (1) Teknik “Marry go round (2) Teknik Numbered Heads Together ( Spencer Kagan, 1992 ) (3) Teknik Cooperative Script ( Dansereau Cs ) (4) Teknik Student Teams-Achievement Divisions (STAD) oleh Slavin, 1995 dan (5) Jigsaw. Kesimpulan dari penelitian ini adalah cooperative Learning dapat meningkatkan interaksi dalam grup atau kelompok dan meningkatkan kemampuan sosial, karena siswa dalam kelompok saling berbagi, meningkatkan kemampuan untuk mencapai tujuan, meningkatkan kepercayaan diri siswa, yang punya kemampuan lebih bisa menghargai pendapat temannya.

Komentar:

Penerapan Cooperative Learning memperhatikan pemilihan teknik yang disesuaikan dengan kebutuhan materi pelajaran, memilih teknik yang tepat, dan menemukan inovasi-inovasi terkini, diharapkan peserta didik semakin termotivasi dan antusias menerima pelajaran, yang pada akhirnya menuju kepada hal orientasi sasaran dan kesadaran terhadap potensi yang dimiliki.

22. Felder, R.M. dan Brent, Rebecca. (2001). Effective Strategies for Cooperative Learning. North Carolina State University. [Online] Tersedia : (http://www4.ncsu.edu/unity/locker/susers/pdf) [30 Mei 2009]

Ide pokok dari artikel ini yaitu kekeliruan dalam pembelajaran kelompok. Untuk melakukan beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran kooperatif. Pertama mencadangkan waktu reguler setiap minggu untuk bekerja sama dalam kelompok, Jika tidak tersedia anda dapat membentuk commuter-commuter ke dalam kelompok-kelompok lewat “temu” via e-mail, pemberitaan instan atau teleconferencing. Jika dicermati para siswa di dalam kelompok-kelompok ini mungkin tidak mendapat manfaat yang penuh dari pembelajaran kooperatif, tetapi itu lebih baik dibanding tidak ada apa pun. Jika anda hanya mempunyai beberapa siswa dan anda tidak bisa membentuk kelompok-kelompok, anda dapat mengizinkan atau membiarkan mereka untuk bekerja secara individu dan anda menyediakan waktu untuk konsultasi bagi mereka.

Komentar:

Bertahun-tahun yang lalu mereka mengadakan percobaan dengan kerja kelompok dimana siswa hanya diletakkan dalam kelompok-kelompok dan meminta mereka melakukan sesuatu bahkan kebanyakan dari mereka malah menghindar. Akhirnya percobaan-percobaan tersebut berakhir dengan sebuah kekeliruan, hal tersebut membuat mereka berpikir untuk melakukan sesuatu dengan meminta siswa agar bekerja sama secara efektif dengan model yang dinamakan cooperative learning.

23. Maihoff, Shirlee. (2001). Cooperative Learning Is Active Learning. Jurnal of Teaching Techniques. [Online], Vol.65. (4). 6 halaman. Tersedia: http://www.asrt.org/Media/Pdf/ForEducators/4_InstructionalTechniques/4.8CoopLearning.pdf. [1 Mei 2009]

Shirlee dalam artikel ini memaparkan tentang keenam elemen penting dalam pembelajaran kooperatif yaitu formasi kelompok, kesinambungan interaksi dalam kelompok, ketergantungan antar anggota kelompok, kreasi kelompok dalam menghasilkan kesimpulan, kemampuan pribadi dan membangun keterampilan sosial. Selain itu, penulis juga memberikan perbandingan antara model cooperative learning dengan pembelajaran tradisional yang kemudian diikuti oleh penjelasan mengenai peranan guru dalam model cooperative learning yaitu sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Cooperative learning menghendaki siswa menjadi pembelajar yang aktif, dimana mereka dapat merasakan kebebasan untuk mengorganisasikan pikiran mereka dan respon mereka terhadap materi pembelajaran. Cooperative learning pun bisa dipadukan dengan teknologi yang ada sekarang seperti contoh dengan kartu visual, diagram urutan, pertanyaan spesifik dengan jawabannya yang dimuat dalam computer.

Komentar:

Perpaduan antara teknologi dan cooperative learning akan menghasilkan perpaduan yang dinamis. Keduanya sangat menarik, yang bisa didedikasikan untuk pembelajaran yang aktif dan hasil belajar yang baik pula. Dengan adanya kemampuan berpikir kreatif, siswa dapat mencari berbagai alternatif pemecahan masalah dalam kehidupannya.

24. Joslin, Cara. (2002). The Essential Element Of Cooperative Learning In The Classroom. [Online]. Tersedia: http://www.ericdigests.org/elements/cooperative.html. [1 Mei 2009]

Sesuai dengan judulnya, artikel yang ditulis oleh Cara Joslin ini memaparkan elemen-elemen penting dalam pembelajaran kooperatif di kelas. Elemen-elemen penting tersebut meliputi pengaturan secara spesifik hasil belajar siswa secara objektif, semua siswa didalam kelompok memiliki target hasil belajar, adanya petunjuk yang jelas dalam pembelajaran, anggota kelompok yang bervariasi, memiliki kesempatan untuk berhasil, ketergantungan positif antar anggota kelompok, interaksi tatap muka, interaksi sikap dan tingkah laku yang positif, kemudahan mendapatkan informasi dalam pembelajaran, kesempatan untuk mendapatkan petunjuk penyelesaian tugas, keefektifan waktu belajar, kemampuan pribadi, penghargaan untuk kelompok yang berhasil, dan kilas balik aktifitas pembelajaran.

Komentar:

Semua elemen penting tersebut tidak harus digunakan setiap waktu pada saat guru memberikan cooperative learning. Elemen-elemen tersebut merupakan ciri khas dari cooperative learning yang membedakannya dengan pembelajaran kelompok biasa.

25. Davis, B. Gross. (1999). Cooperative Learning: Student Working In Small Groups. Stanford University Newsletter On Teaching. [Online]. Vol 10, (2). 4 halaman. Tersedia: http://ctl.stanford.edu/Newsletter/cooperative.pdf. [28 Mei 2009]

Cooperative learning: student working in small group memaparkan pembelajaran dengan menggunakan kelompok kecil, dimana di awal wacana penulis memaparkan pemberian tugas kelompok yang meningkatkan kegiatan belajar. Bagian kedua dari artikel ini menjelaskan tentang bagaimana guru mengajarkan siswa untuk bekerja di dalam kelompoknya, kemudian diikuti dengan pembentukan dan membimbing kelompok, dimana dalam pembentukan kelompok guru harus memperhatikan keragaman anggota kelompok. Setelah kerja kelompok telah berjalan guru perlu untuk mengevaluasi kelompok belajar tersebut, yang kemudian ditutup oleh penjelasan percobaan untuk belajar dalam kelompok. Untuk keberhasilan model cooperative learning guru harus memperhatikan pembentukan kelompok dan memberi panduan kepada siswa sebagai anggota kelompok.

Komentar:

Kelompok kecil yang digunakan di dalam dan di luar kelas dapat merupakan tambahan yang penting dalam pembelajaran. Membantu siswa memahami konsep dan mengaplikasikannya kepada situasi yang nyata sebagai penerapan yang lengkap dalam pengembangan berpikir kritis.

26. Corso. (2006). Cooperative Learning Versus Group Work. [Online]. Tersedia: http://www.zunal.com/zportfolio/uploads/cooperative_learning_5.doc. [29 Mei 2009]

Bagian pertama dari artikel ini memaparkan pengertian pembelajaran kooperatif, dan dilanjutkan dengan penjelasan mengapa pembelajaran kooperatif dibedakan dengan pembelajaran kelompok biasa. Pada artikel ini juga dibahas mengenai penerapan pembelajaran kooperatif di dalam kelas dan hasil penelitian yang mendukung pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan hubungan antar siswa di dalam kelompok yang memiliki ketergantungan positif, kemamuan individu, keterampilan interpersonal, interaksi tatap muka dan proses dalam kelompok. Berdasarkan hasil penelitian manfaat pembelajaran kooperatif yaitu dapat meningkatkan hasil belajar akademik siswa, hubungan interpersonal, ketepatan dalam mengambil pendapat, kreatifitas, kepercayadirian dan ketergantungan positif.

Komentar:

Artikel ini membahas secara rinci dan mendalam mengenai unsur-unsur pembelajaran kooperatif sampai dengan manfaatnya. Sehingga dapat diketahui dengan jelas mengapa pembelajaran kooperatif berbeda dengan pembelajaran kelompok biasa.

27. Nunung. (2007). Pembelajaran Kooperatif. [Online]. Tersedia: http://www.ditnaga-dikti.org/ditnaga/files/PIP/kooperatif.pdf. [28 Mei 2009]

Pada artikel ini penulis memaparkan secara rinci mengenai pembelajaran kooperatif, mulai dari karakteristiknya, prinsip dasar kooperatif, kompetensi yang dicapai melalui pembelajaran kooperatif, materi yang sesuai disajikan dengan pembelajaran kooperatif sampai dengan prosedur pembelajarannya yang terdiri dari tahap (1) orientasi, (2) kerja kelompok, (3) tes/kuis, (4) penghargaan kelompok, dan (5) evaluasi. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan dengan berpijak kepada beberapa pendekatan yang diasumsikan mampu meningkatkan proses dan hasil belajar mahasiswa. Beberapa pendekatan tersebut diintegrasikan yang terdiri dari belajar aktif, konstruktivistik dan kooperatif.

Komentar:

Model pembelajaran kooperatif tidak terlepas dari kelemahan disamping kekuatan yang ada padanya. Strategi pembelajaran kooperatif memerlukan waktu yang cukup panjang dan fleksibel. Tetapi jika kelemahan tersebut dapat diminimalkan, maka kekuatan model ini akan membuahkan proses dan hasil belajar yang dapat memacu peningkatan potensi mahasiswa secara optimal.

28. Ledlow, Susan. (1999). Cooperatif Learning In Higher Education. Center For Learning And Teaching Excellence. [Online]. Tersedia: http://clte.asu.edu/active/clinhighed.pdf. [25 Mei 2009]

Diawali dengan penjelasan singkat mengenai cooperative learning, penulis memusatkan kajiannya kepada enam bagian yang berbeda dalam pembelajaran kooperatif yang harus diperhatikan. Enam bagian tersebut ialah pengaturan kondisi pembelajaran, formasi kelompok, membangun kelompok, meningkatkan keterampilan kooperatif, disain pembelajaran kooperatif, dan yang terakhir yaitu manajemen kelas. Cooperative learning lebih dari permintaan sederhana siswa untuk membuat kelompok dan bekerja sama dalam menyelesaikan tugasnya.

Komentar:

Keberhasilan pembelajaran kooperatif harus menyeimbangkan beberapa bagian penting dalam pembelajaran kooperatif, bukan hanya memperhatikan materi pelajaran. Mengulas balik bagian tersebut setelah membangun pembelajaran atau aktivitas belajar yang baru membantu guru mendapatkan umpan balik mengenai apa yang sudah berjalan baik atau belum berjalan dengan baik pada gaya mengajar, siswa dan materi pembelajaran.

29. Karlina, Ina. (2006). Pembelajaran Kooperatif Sebagai Salah Satu Strategi Membangun Pengetahuan Siswa. [Online]. Tersedia: http://www.sd-binatalenta.com/images/artikel_ina.pdf. [20 Mei 2009]

Perubahan yang harus dilakukan dalam pembelajaran merupakan latar belakang dalam artikel ini yaitu perubahan dari paradigma teori tabula rasa John Locke, harus mengalami perubahan sesuai dengan tuntutan dunia pendidikan. Artikel ini terdiri dari tiga bagian, pada bagian pertama berisi mengenai pengeratian pembelajaran kooperatif, bagian kedua menjelaskan karakteristik pembelajran kooperatif, dan bagian terakhir memaparkan teknik-teknik pembelajaran kooperatif antara lain teknik mencari pasangan, bertukar pasangan, kepala bernomor, keliling kelompok, kancing gemerincing dan dua tinggal dua tamu. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang dikembangkan dari teori konstruktivisme karena mengembangkan struktur kognitif untuk membangun pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional.

Komentar:

Artikel ini menjelaskan manfaat pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan kemampuan berpikir dalam membangun pengetahuan, terutama dalam menghasilkan gagasan yang kreatif dan membantu mempermudah menyelesaikan tugas.

30. Jones, et al. (1994). Cooperative Learning: Based On Excerpts From The Expert Educator. [Online]. Tersedia: http://www.neiu.edu/~sdundis/hrd310/cooperative.doc.pdf. [29 Mei 2009]

Diawal artikel penulis memaparkan mengenai pembelajaran kooperatif, yang bukan merupakan sesuatu hal yang baru dalam pendidikan. Kemudian diikuti penjelasan mengenai kekuatan atau tujuan khusus pembelajaran kooperatif, kelemahan atau keterbatasannya, petunjuk untuk mendapatkan manfaat yang maksimum dari pembelajaran kooperatif yaitu dengan memperhatikan elemen-elemen penting dalam pengaplikasiannya dikelas, dan diakhir artikel penulis menjelaskan hal-hal penting yang harus dipikirkan pada saat membentuk kelompok. Cooperative learning bisa digunakan dalam mencapai keberhasilan belajar dengan menggunakan berbagai macam strategi pembelajaran lainnya. Siswa menjadi semangat belajar dengan bekerjasama karena mereka berperan aktif dalam pembelajaran, yang mengubah mereka dari pembelajar yang pasif menjadi pembelajar aktif.

Komentar:

Cooperative learning bukan merupakan cara mudah untuk mengajar, tetapi jika digunakan secara efektif dapat membantu pengajar menjadi pengajar yang baik, memuji dan mendukung pembelajaran satu sama lain, dan membangun kepentingan sosial atau keterampilan kolaborasi yang digunakan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan.

31. Johson, David. W, Johnson, Roger.T dan Stane, Mary.B. (2000). Cooperative Learning Methods: A Meta Analysis : University of Minnesota [Online]. Tersedia: http://www.co-operation.org/pages/cl-methods.html). [6 Mei 2009]

Pada bagian awal artikel ini, penulis mengulas metode pembelajaran kooperatif yang mempunyai suatu dampak positif pada prestasi siswa jika dibandingkan dengan pelajaran kompetitif, metode belajar bersama-sama (LT) dalam artikel ini diikuti oleh Academic Controversy, Student-Team-Achievement-Divisions (STAD), Teams-Games-Tournaments (TGT), Group Investigation (GI), Teams-Assisted-Individualisasi (TAI), dan Cooperative Integrated Reading dan Composition (CIRC). Pada bagian akhir artikel ini, penulis membahas metode Cooperative Learning sebagai suatu Analisis dengan memberikan kesimpulan penting bahwa pembelajaran kooperatif didasarkan pada teori, disahihkan oleh riset, dan diterapkan ke dalam prosedur-prosedur yang dapat gunakan. Jumlah, kemampuan generalisasi, aplikabilitas riset, dan kompetitif pantas dipertimbangkan untuk menggunakan pembelajaran kooperatif, dan variasi dari metode-metode pembelajaran kooperatif tersedia bagi guru.

Komentar:

Artikel ini membahas sebesar apa riset yang sudah diselenggarakan untuk mengesahkan prosedur-prosedur spesifik pembelajaran kooperatif, seberapa efektif metode pembelajaran kooperatif dan riset yang sudah diselenggarakan di dalam memaksimalkan prestasi, dan apakah karakteristik dari metode pembelajaran kooperatif semakin efektif.

32. Fatirul, Ahmad. Noor. (2008). Cooperative Learning. [Online]. Tersedia: http://trimanjuniarso.files.wordpress.com/2008/02/c00perative-learning.pdf. [6 Mei 2009]

Ada tiga pilihan model yang bisa diterapkan dalam pembelajaran yaitu kompetisi, individual dan pembelajaran kooperatif, dalam pendahuluan penulis memaparkan tentang ketiga model tersebut. Selanjutnya diikuti dengan pembahasan mengenai konsep dasar pembelajaran kooperatif yaitu pengertian, unsur-unsur pembelajaran, petunjuk dan langkah-langkah pembelajaran, sampai dengan pengelolaan kelas dalam pembelajaran kooperatif yang meliputi pengelompokan, semangat cooperative learning dan penataan ruang kelas. Pada bagian selanjutnya, artikel ini membahas teknik-teknik pembelajaran kooperatif, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian atau evaluasi pembelajaran kooperatif. Cooperative learning mengacu pada kelompok kecil yang melibatkan siswa dalam kelompok yang terdiri dari empat siswa yang mempunyai kemampuan berbeda.

Komentar:

Penerapan pembelajaran kooperatif dapat melatih siswa bagaimana bekerjasama dengan baik, dalam hal menjadi pendengar yang baik, memberi penjelasan yang baik, dan cara mengajukan pertanyaan dengan benar.

33. Peterson, Reece, Miller, Courtney. (2004). Cooperative Learning. [Online]. Tersedia: http://www.indiana.edu/~safeschl/cooperative_learning.pdf. [6 Mei 2009]

Artikel singkat yang berjudul cooperative learning ini, diawali dengan pemaparan secara singkat munculnya pembelajaran kooperatif yang mendapatkan perhatian di dunia pendidikan. Bagian selanjutnya membahas apa itu pembelajaran kooperatif, yang dilihat dari sudut pandang para ahli-ahli pendidikan. Dan membahas mengenai apa yang kita ketahui tentang pembelajaran kooperatif meliputi konsep-konsep dasar dari pembelajaran kooperatif. Selain memiliki pengaruh positif pada hasil belajar akademik, penerapan pembelajaran kooperatif juga membawa pengaruh yang baik terhadap nilai dan tingkah laku siswa seperti sikap percaya diri, penerimaan social dan lain-lain. Selain itu pembelajaran kooperatif bisa digunakan sebagai kendaraan untuk membimbing dan membentuk sikap siswa.

Komentar:

Strategi pembelajaran kooperatif tampaknya memiliki janji positif yang berpengaruh terhadap siswa dengan kemampuan atau tanpa kemampuan, sebagai umpan balik dari peningkatan hasil belajar akademik dan kemajuan sikap dan tingkah laku sosial.

34. Fetch, Dr.Mac’s. (2003). Competitive VS Cooperative Learning Formats. [Online]. Tersedia: http://maxweber.hunter.cuny.edu/pub/eres/EDSPC715_MCINTYRE/CoopLearning.html [25 Mei 2009]

Artikel ini membahas tentang efektifitas model pembelajaran kompetitif dengan model pembelajaran kooperatif yang dilakukan oleh guru terhadap siswa dalam proses pembelajaran. Isu yang dikemukakan adalah pembelajaran kompetitif mengandung unsur tidak ada interaksi antar murid, tidak dapat dipertanggungjawabkan ke orang lain, bertanggung jawab hanya untuk diri, pengelompokan homogen, satu siswa bertindak sebagai pemimpin dan keterampilan sosial terabaikan. Sementara pembelajaran kooperatif memiliki interaksi aktif dengan orang lain, dapat dipertanggungjawabkan ke orang lain, bertanggung jawab kepada kelompok, penggolongan siswa secara heterogen, adanya ketergantungan positif dan mengajar ketrampilan sosial secara langsung. Salah satu dasar pemikiran tulisan ini adalah penggolongan anak-anak di kelas dimana masing-masing anak mempunyai beberapa kekuatan tertentu dalam mengerjakan tugas yang ditugaskan kepada kelompok. Pembelajaran kooperatif membuat siswa memiliki peranan masing-masing di dalam pembelajaran sesuai dengan kemampuannya.

Komentar:

Penegasan untuk menerapkan pembelajaran kooperatif secara total adalah sebuah tawaran meskipun itu bukanlah suatu tugas sederhana. Pembelajaran kooperatif harus digunakan kalau kita ingin para siswa belajar lebih baik di sekolah, seperti sikap suka satu sama lain dalam belajar dan belajar keterampilan sosial secara lebih efektif.

SIMPULAN

Dari anotated bibliography tentang model cooperative learning dalam pembelajaran, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Cooperative learning merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan teori motivasi dan teori kognitif

2. Cooperative learning ialah suatu sikap atau perilaku bersama dalam belajar diantara siswa dengan struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari empat sampai enam orang dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan setiap anggota kelompok itu sendiri

3. Unsur-unsur cooperative learning yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota dan evaluasi proses kelompok

4. Langkah-langkah model Cooperative learning ialah guru menginformasikan materi kepada siswa, membagi siswa menjadi kelompok kecil, memberi bimbingan kelompok bekerja dan belajar, evaluasi dan memberikan penghargaan

5. Bentuk-bentuk model cooperative learning yaitu STAD, CIRC, TGT, Jigsaw,dan Group Investigation

6. Model cooperative learning terdiri dari beberapa pendekatan yang diintegrasikan yaitu belajar aktif, konstruktivistik dan kooperatif

7. Keunggulan dari model cooperative learning ialah meningkatkan kemampuan siswa untuk belajar mandiri, mengembangkan sikap demokratis dan keterampilan berpikir logis, suasana pembelajaran siswa menjadi lebih inovatif, meningkatkan hasil belajar akademik siswa, hubungan interpersonal, ketepatan dalam mengambil pendapat, kreatifitas, kepercayadirian dan ketergantungan positif

8. Cooperative learning dapat digunakan berbagai tingkat kelas dan pada mata pelajaran IPA, bahasa, matematika, kesenian dan khususnya IPS yang tujuan kurikulumnya dapat didukung oleh model cooperative learning

9. Cooperative learning dapat dikombinasikan dengan teknik pembelajaran lainnya untuk mendapatkan hasil terbaik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar